Sabtu, 01 Desember 2012

Ikatan yang jauh antara Ibu dan anaknya

Artikel ini diangkat dari pengalamaan pribadi ku, mungkin judul diatas akan sangat sesuat dengan cerita ku dimasalalu, karna semua ini dimulai ketika saya lahir dari rahim ibu. Dan semoga cerita ini bisa dijadikan sebuah cermin untuk saling berkasih kepada keluarga kalian. dan inilah subuah kisah singkat dariku!


         Umur ku sekarang 20 tahun dan semua ini berawal ketika Ibu dan Ayahku bercerai disaat umurku beberapa minggu dari kelahiranku. Dan mulai saat itulah ayahku pergi meninggal kehidupannya bersama ibu dan diriku yang masih bayi. tetapi disaat aku tumbuh menjadi seorang anak, ada sosok orang yang menggantikan tokoh ayahku dalam masa balitaku yaitu Kakekku sendiri. 
         Kakekku sangat baik dan pelukannya sangat hangat dan penuh kasih kepadaku. dia sosok yang sangat ku cintai setelah ibuku dan dia adalah sosok pengganti ayahku. banyak kenangan-kenangan indah saat bersamanya.
         Tapi semua itu berakhir, kebahagian dan coretan ceritaku bersama kakeku itu terhenti disaat umurku 4 tahun. Dia pergi meninggalkan untuk selamanya. ku sangat kehilangan sosoknya dan ku sangat merindukan hangatnya pelukan dan kasihnya. Ku ingin menangis, tapi tak ada setetes air mata yang keluar. ku ingin ikut bersamanya tapi bagaimana caranya. ku sama sekali tak mengerti itu!
         Kakekku pergi meninggalkan semuanya. Kehidupanku pun mulai berubah kembali. tidak ada tulang punggung yang bisa diandalkan dan ibuku pun terlilit hutang yang membuat dia mengambil keputusan untuk menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia), Dia pergi ke tanah Arab, saat itu aku berumur 5 tahun. Dan diriku tinggal bersama Paman dan bibiku.
       Orang-orang yang ku cintai dan ku sayangi pergi meninggalkan ku. ku merasa sendirian dalam kepedihan ini. Inginku mengamuk karna keadaan ini, tapi ku belajar tuk bertahan dan bertahan. Dan aku masih bersyukur masih ada paman dan bibi disamping diriku ini. mereka sangat baik kepadaku. mereka tidak mempunyai anak dan karna itulah mereka mau menerimaku.

       Umurku sekarang bertambah 1 tahun yaitu 6 tahun. Setelah 1 bulanan dari hari ulang tahunku. Saat sore hari, aku sedang bermain bersama teman-teman kecilku didepan gang sempit rumahku, tiba-tiba tampak dari kejauhan sosok wanita yang tak asing, dia menggunakan kerudung hitam sambil berjalan mambawa koper besar. Aku baru tersadar sesuadah lebih dekkat lagi. dia adalah  ibuku. ku langsung berlari kearahnya dengan penuh rasa rindu dan air mata yang bercucuran dari mataku, sambil berteriak "Ibuuuu.... Ibuuuuu pulang.." bila ku ingat itu. rasanya hatiku masih terasa sesak karna kebahagiaan itu. ku peluk erat tubuhnya dan begitupun ibuku juga. dia langsung menjatuhkan kopernya yang besar dari tangannya. dia menghapus air mata yang ku cucurkan. ku senang dan bahagia karna ibu pulang. ku tak ingin dia pergi kembali meninggalkanku.
          Tapi sayang, 2 minggu pun berlalu seakan sangat cepat. dan ibuku kembali meninggalkan ku kembali. untuk pergi ke tanah arab lagi. ku sangat sedih atas kepergian ibu, ku tak terima kepergiannya. tapi berjalannya waktu. aku bisa melepas kepergiannya kembali. 
           Karna umurku sudah hampir 7 tahun dan sudah harus sekolah. Tetapi karna paman dan bibiku tidak mampu untuk menyekolahkanku dan pada akhirnya aku tinggal bersama ayahku dan itu pesan sebelum ibuku pergi meninggallkanku kembali, bahwa diriku sudah harus tinggal bersama ayah.
           Ternyata ayahku adalah saudagar yang kaya, dia membuka sebuah usaha dan usaha itu sangat maju. Dan ada satu kenyataan lagi, bahwa ibuku seorang istri muda dari ayahku, dan aku tinggal bersama kaka dan ibu tiri. Mereka sangatlah baik dan menerima kedatanganku, tetapi ada perasaan yang berbeda dengan keadaanku tinggal bersama ayah dan ibu tiriku. Ku merasa kurang diperhatikan oleh ayah dan ibu tiriku, walau mereka baik kepadaku tetapi ku jarang berkomunikasi dengan mereka. sehari-hari saja aku di urusi oleh pembantu, sebut saja namanya "Mbak Tur", begitu aku memanggilnya.

          Mbak Tur itu seperti ibu kedua bagiku. Aku makan, tidur, dan sehari-hari bersamanya. dia sangat baik kepadaku dan juga sangat peduli diriku. Waktu SD kelas satu, saat umur sudah 7 tahun pun aku diantar mbak Tur setiap hari. Kadang-kadang ku merasa kesepian disaat dia tidak ada bersamaku.
          Berjalannya waktu, aku sudah kelas 3 sd, umurku sekitar 9 tahun. Aku mempunyai hobi bermain sepak bola dan hanya teman sabayaku dan mbak tur yang mengetahui itu. Sedangkan keluargaku tidak ada yang tahu, seolah mereka tidak pernah ingin tahu tentang diriku. ku merasa sedih akan hal itu. Dan karna hobi itulah aku sangat ingin mempunyai sepatu bola dan kaos bola. Saat ayahku pulang, aku langsung menghampirinya dan meminta kepadanya untuk dibelikan sepatu bola dan kaos bola. Tapi ayahku hanya bilang "Jangan sekarang, ayah lagi sibuk dan pusing karna kerjaan", Entah apa yang membuatnya begitu kepadaku. Hampir setiap hari ku bilang kepadanya, tapi jawabannya tetap sama.
          Karna diriku kecewa kepada ayahku, aku memutuskan untuk menabung. Lambat laun celenganku mulai berat dan tepat pada hari kenaikan kelasku ke kelas 4 atau pembagian raport, ku pecahkan celengan itu dengan penuh harapan akan cukup untuk keinginanku. Dan ku hitung semuanya, tapi hanya terkumpul Rp.  35.200,-. itu hanya cukup untuk membeli sepatunya tidak dengan bajunya saja.

           Sekali lagi ku meminta bantuan kepada ayahku, dengan ragu dan penuh harapan dia bisa membantuku. tapi apa yang ku dapat, dia tetap saja tidak peduli dengan diriku.

            Ku sangat kesal dan sedih tidak dipedulikan oleh ayahku. "Mengapa dia begitu pelit kepada diriku ini?"..dalam hatiku., Akhirnya ku melakukan hal yang sangat bodoh, ku mencuri uang satu lembar 20.000an dilaci meja kerja ayahku. Ku sadar ini sangatlah salah dan pada waktu itu ku sangat ketakutan setengah mati atas tindakanku.
           Keesokan harinya, ku minta mbak Tur untuk mengantarku kepasar untuk membeli sepatu bola dan kaosnya. Akhirnya aku punya costum yang pas untuk bermain bola, tetapi hati ini merasa takut dan tegang. Disaat  dalam perjalan pulang sehabis dari pasar, aku ditanya oleh mbak Tur, "bukannya kemarin uangnya kurang? kamu dikasih sama ayah?",. Karna takut dan tegang aku hanya menjawab "iya".
        Setiba dirumah, Ayahku sedang duduk diruang tengah sambil membaca mengisap rokoknya dia memanggil diriku. Aku sangat takut pada saat itu, perlahan ku menghampirinya sambil membawa kantong belanjaan dan dengan penuh rasa takut. Ayahku langsung bertanya kepadaku sambil menengok ke kekiri melihat mbak Tur membawa makan siang untuk diriku., "Kamu tadi dari mana?dan itu apa yang dikantong?". Ku menjawab "da...dari pasar sama mbak, ini kaos sama sepatu bola"., Ayah "oohh,.. bukannya kemarin kata kamu uangnya kurang?". Baru ku ingin menjawab, mbak Tur memotong duluan dan bilang "bukannya bapak yang memberi uang tambahan untuk kasan?". Ayahku terheran dan bertanya menminta jawaban yang jujur kepadaku. Pada akhirnya ku jujur kepadanya sambil berbicara takut akan mengakuinya bahwa aku mencuri uang dilacinya.

       Ayahku marah besar kepadaku, dia memukul tanganku sambil mengomel dimulutnya. Karna kemarahan itulah aku menjadi sangat takut kepada ayahku dan menjadi seorang pendiam. Pada akhirnya aku diantarkan kerumah Paman dan Bibiku kembali dan aku berpisah lagi dengan ayahku. Sambil tertunduk dan duduk di bangku berhadapan dengan Paman dan bibiku, aku merasa sangat malu dan takut kepada mereka karna ulahku itu. Tetapi terdengar kalimat yang membuat hatiku tenang,"Paman dan bibi percaya kalau kamu tidak akan senakal itu bila tidak punya alasannya",Pamanku.
      Satu haripun berlalu, pada siang itu. Aku diajak pergi dengan pamanku pergi, aku tak tahu kemana tujuannya. perjalanpun berlalu begitu saja. Kami terhenti didepan rumah kecil dengan pintu terbuka dipinggir jalan. Paman dan diikuti aku masuk kedalam rumah itu sambil berkata "Assalammualaikum", dan terdengar jawabnya oleh telingaku, "Walaikumsalam",. Suara perempuan yang sangat tak asing dalam pikiranku dan muncullah sosok itu, dalam hatiku. "Ibuuu.. itu Ibuuuu". ku tak percaya dengan apa yang aku lihat. Sekilas ibuku melihat aku, dia langsung memeluk aku sambila berkata-kata dan menangis,."ma..maaf.. maafkan ibumu ini".
       Jantungku, pikiranku, tangan, dan kakiku seakan semuanya terhenti saat Ibu memeluk diriku. ku hanya terdiam tak percaya dengan semua ini. Ku ingin membalas pelukanya, tapi tangannku seakan-akan berak untuk melakukannya, ku ingin mengungkapkan semuanya bahwa aku sangatlah merindukan dan sayang kepadanya tapi mulutku hanya diam seakan tak mampu tuk berucap-ucap. Aku hanya bercucur air mata dan terdiam dalam hangat pelukan. Ku sangat bahagia dan senang pada hari itu. Dan mulai pada hari itulah aku tinggal bersama ibuku sampai sekarang.
        Itu semua pengalaman pribadi diriku, sejauh-jauhnya kita terpisah dengan orang yang kita sayang. tapi tak akan membuat rasa sayang itu pudar begitu saja. ku hanya ingin berbagi kebahagian kecil yang ku miliki di masalalu. Dan semoga setelah membaca artikel saya, pembaca dapat memahami apa maksud dari pengalaman yang saya sampaikan. dan jgn lupa komennya yah ^_^. Trims...

http://surefile.org/file/057FE3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar